Oleh: Rio Pradana
Bermodalkan tekad kuat untuk membantu saudara-saudara sebangsa. Kami pun berangkat mengunjungi Korong Wonorejo kembali.
Pembangunan oleh dan untuk Warga
Sejak Januari 2016, kami melakukan beberapa kali kunjungan ke Wonorejo untuk meninjau kondisi lapangan. Kemudian, mulai September 2016 kami memutuskan untuk mulai tinggal di sana. Kami mengunjungi warga setiap hari untuk mendengarkan keluhan-keluhan yang mereka miliki seputar ketersediaan listrik. Berdasarkan kajian studi kelayakan yang dilakukan, maka PLTMH Wonorejo masih memungkinkan untuk menambah satu unit turbin baru dengan kapasitas kurang lebih 41 kW. Konstruksi bendung semipermanen juga akan kami ganti menjadi permanen agar kebutuhan listrik warga tidak terganggu meski aliran sungai sedang deras-derasnya. Selain itu, saluran pembawa sepanjang 330 meter juga akan dipermanenkan dengan cara ditembok.
Pembangunan PLTMH diperkirakan akan menghabiskan waktu selama 6 bulan. Waktu yang cukup lama, terlebih warga harus rela terputus dari akses listrik selama pembangunan berlangsung atau setidaknya tiga bulan. Walaupun berat hati, kami harus menyampaikan hal ini kepada warga. Rupanya semangat gotong royong dan rela berkorban warga sungguh luar biasa. Mereka bersedia untuk “mati lampu” selama masa pembangunan PLTMH. Dalam perjalanannya, beberapa warga memilih menggunakan generator untuk memenuhi kebutuhan listrik. Namun, kebanyakan warga hanya menggunakan lampu pelita atau untuk menerangi malam hari dengan seadanya. Pengorbanan ini mereka lakukan demi mendapatkan akses listrik yang lebih baik di masa depan.
Dalam mengeksekusi pembangunan PLTMH, Prowater, yang kali ini bergabung dalam konsorsium, menyediakan beberapa tenaga terampil untuk membantu kami. Namun sebagian besar tenaga yang membantu penyelesaian PLTMH justru berasal dari masyarakat Wonorejo sendiri. Tidak kurang dari sekitar 30 orang terlibat dalam proses pembangunan. Dengan melibatkan masyarakat dalam pembangunan, kami berharap mereka dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat sekaligus menjaga kualitasnya. Karena bagaimanapun mereka sendiri yang akan merasakan manfaat dari PLTMH tersebut di masa depan. Selain itu, warga yang ikut bekerja dalam proyek tersebut diharapkan bisa memberikan informasi yang aktual mengenai perkembangan pembangunan kepada warga lainnya.
Selain 30 orang yang terus terlibat dalam pembangunan PLTMH, masyarakat juga melakukan gotong royong setiap hari Minggu. Gotong royong dilakukan bergiliran per RT (Rukun Tetangga), pada saat gotong royong baik tua, muda, laki-laki dan perempuan semuanya bahu membahu untuk membantu pengerjaan PLTMH.
Pembangunan PLTMH Wonorejo ini dilakukan bersamaan dengan 2 pembangunan fisik kami yang lain, yaitu pembangunan jembatan serta Rumah Pengetahuan (Center of Knowledge). Penantian panjang warga pun akhirnya terbayar dengan selesainya ketiga pembangunan fisik tersebut. Kami sangat kagum dengan pengorbanan warga telah rela untuk mati lampu dan turut berjibaku di lapangan demi peningkatan kualitas listrik di Korong Wonorejo.
Rasa bahagia bercampur haru hinggap di hati kami ketika listrik berhasil tersambung kembali di Korong Wonorejo. Lampu-lampu kembali menyala untuk menerangi malam-malam yang sebelumnya temaram dengan bantuan pelita sederhana. Hari itu semua warga Korong Wonorejo bersuka ria. Senyum syukur tersungging di wajah-wajah mereka. Kebahagiaan yang mungkin tak pernah dirasakan oleh kita yang terbiasa dengan gemerlap cahaya dan kemewahaan di kota.
Untuk merayakan keberhasilan pembangunan ini warga Korong Wonorejo mengadakan syukuran sederhana dengan menyembelih kambing berukuran kecil. Acara yang diikuti oleh seluruh warga ini berpusat di Rumah Pengetahuan. Meskipun sederhana, prosesi syukuran berlangsung dengan khidmat. Kami menyadari, sebesar apapun pengorbanan kita, keberhasilan pembangunan ini tidak akan terjadi tanpa izin Tuhan Yang Mahakuasa.
Manfaat yang Dirasakan Warga Wonorejo
Selain penambahan kapasitas dan revitalisasi infrastruktur pendukung PLTMH, kami juga melakukan pemasangan kWh meter pada seluruh rumah. Fasilitas umum seperti masjid, Polindes, dan sekolah kini juga terhubung dengan listrik dan memiliki kWh meter. Dengan kWh meter, penggunaan listrik bisa lebih terukur. Jika sebelumnya dihitung secara manual saja, kini nominal iuran listrik dihitung berdasarkan kWh yang digunakan. Selain untuk menghindari kecurangan beberapa warga yang menyembunyikan alat elektronik yang dimiliki, warga Korong Wonorejo diharapkan semakin bijak dalam menggunakan listrik.
Bahagia rasanya ketika mengetahui upaya yang kami lakukan untuk Wonorejo ini berdampak nyata bagi masyarakat. Kualitas listrik yang lebih baik dari sebelumnya membuat alat-alat elektronik bisa bekerja sebagaimana mestinya. Lampu-lampu menyala lebih terang. Kulkas pun kini bisa digunakan untuk mengawetkan makanan. Beberapa warga yang memiliki kulkas juga memanfaatkannya untuk berjualan es batu. Pembelinya ialah warung-warung yang kini bisa menjual aneka minuman dingin untuk melepas dahaga di siang hari.
Sebelum ada penambahan kapasitas PLTMH Wonorejo, listrik baru bisa dinyalakan di siang hari. Hal ini mengakibatkan banyak pekerjaan yang menggunakan listrik harus rela menunggu. Para pengrajin kayu misalnya, hanya bisa bekerja selama kurang lebih 3 jam per hari (jam 12 siang s/d 3 sore). Setelah itu, beban listrik harus dialihkan untuk kebutuhan penerangan di malam hari. Kini warga bisa menikmati aliran listrik selama 24 jam penuh. Para pengrajin kayu pun bisa memulai pekerjaannya dari pagi hari.
Tidak sampai di situ saja. Untuk mengoptimalkan manfaat listrik di Wonorejo, kami menginisiasi ide bisnis yang bisa dijalankan oleh warga, yaitu usaha pengolahan kopi. Usaha baru ini dikelola di bawah Koperasi Masyarakat Wonorejo Mandiri (MWM) kebanggaan warga. Kami melakukan serangkaian pelatihan dan pendampingan dalam hal budidaya tanaman kopi dan pengolahan biji kopi. Mesin roasting juga kami datangkan untuk mengolah kopi dari kebun-kebun milik warga menjadi produk kopi bubuk siap seduh. Tidak hanya untuk kalangan warga Wonorejo, produk kopi bubuk tersebut juga sudah mulai dijual luas di Kabupaten Solok Selatan.
Perkembangan zaman yang melesat cepat menjadi tantangan bagi kami untuk berkontribusi dalam mewujudkan kemandirian energi. Dengan memahami kebutuhan dan keinginan masyarakat, energi sebagai sumber daya yang strategis wajib dikelola dengan bijak agar mudah didapatkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Kami bersyukur apa yang kami lakukan ini dapat memberi manfaat bagi warga Korong Wonorejo, Solok Selatan. Pengalaman berharga di Wonorejo menjadi motivasi bagi kami untuk melanjutkan semangat ini ke daerah-daerah lain di Indonesia. Satu tekad kami: no one left behind!
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Konsorsium IIEE yang terdiri dari IIEE-Indonesian Institute for Energy Economics, RMI, Prowater, dan LKM Wonorejo, serta didanai oleh Millenium Challenge Account Indonesia (MCA-Indonesia) dan difasilitasi oleh yayasan KEHATI