Bersatunya Para Pengelola PLTMH Se-Solok Selatan

Oleh: Rio Pradana

Pengelolaan PLTMH di Wonorejo

Warga Korong Wonorejo, Solok Selatan sungguh sangat beruntung. Mereka diberkahi oleh alam yang tidak hanya indah, namun juga bermanfaat sebagai tumpuan kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah aliran Sungai Lambai yang menjadi sumber bagi pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) di sana. Saat kami, Konsorsium IIEE, pertama kali menjejakkan kaki di Wonorejo, pembangkit tersebut sudah terpasang selama 11 tahun sejak tahun 2005.

Meskipun faktanya kapasitas listrik yang dihasilkannya terus menurun karena menurunnya performa turbin serta memburuknya kondisi bendung dan saluran pembawa, mempertahankan keberlangsungan PLTMH Wonorejo selama itu tentu bukan hal yang mudah. Partisipasi warga dalam hal finansial menjadi salah satu faktor pendukungnya. Iuran yang dijalankan warga Wonorejo menjadi sumber dana utama bagi keberlangsungan PLTMH. Beberapa kali warga juga bergotong royong memperbaiki saat luapan air sungai menjebol ringkihnya bendung yang masih bersifat nonpermanen. Namun demikian, salah satu kunci keberhasilan PLTMH Wonorejo justru dipegang oleh sang operator atau pengelola.

Pak Eliono, operator PLTMH Wonorejo, sedang mengoperasikan turbin.

Pak Eliono namanya. Beliau adalah orang yang bertugas merawat dan mengelola PLTMH Wonorejo. Namun, pekerjaan ini ternyata beliau lakoni sebagai sampingan. Sehari-hari beliau menjalani pekerjaan utama sebagai teknisi di PT Mitra Kerinci, perusahaan teh yang dekat dengan kampung tersebut. Meskipun pekerjaan sampingan, skill yang beliau miliki sebagai seorang teknisi di PT Mitra Kerinci itu menjadi sangat bermanfaat bagi sustainability PLTMH. Berbagai usaha perawatan dan perbaikan beliau lakukan untuk menjaga turbin dan bendung tetap bekerja untuk menyokong kebutuhan listrik warga Wonorejo.

Iuran warga selama ini digunakan untuk mendanai keberjalanan PLTMH, termasuk upah operator, sekretaris dan bendahara dengan jumlah yang kecil. Bagi Pak Eliono sendiri, gaji utama justru didapatkan dari pekerjaannya di PT Mitra Kerinci. Oleh karena itu, meskipun upah yang didapatkan kecil, beliau terus bisa menjalani peran pentingnya sebagai operator di PLTMH Wonorejo sembari mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Kondisi PLTMH Lain di Solok Selatan

Kondisi di Wonorejo ini bisa dibilang sangat beruntung. Beberapa PLTMH off-grid lain yang terdapat di Kabupaten Solok Selatan malah sudah berhenti beroperasi dengan berbagai sebab, seperti rusaknya turbin atau generator yang memakan biaya tinggi, spare part yang harus dibeli ke Padang yang jaraknya cukup jauh, terkena bencana alam seperti banjir, sudah masuknya listrik dari PLN, serta kurang mumpuninya kapasitas pengelola dan operator PLTMH dalam mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi.

Melihat fakta ini, kami, Konsorsium IIEE, berinisiatif mengadakan suatu rangkaian acara yang mengumpulkan seluruh pengelola PLTMH, tidak hanya Wonorejo, tapi juga se-Kabupaten Solok Selatan. Rangkaian acara ini berbentuk focus group discussion (FGD) dan pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan PLTMH.

Pertemuan Pertama Para Pengelola

Acara pertama yang kami adakan adalah focus group discussion (FGD) pengelola PLTMH se-Solok Selatan pada 30 September 2017. Dalam acara ini dihadiri oleh 3 orang perwakilan pemerintah daerah, yaitu 1 orang dari DESDM Provinsi Sumatera Barat, 1 orang dari Dinas Sosial, dan 1 orang dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Hadir pula dalam acara ini 2 tokoh masyarakat Korong Wonorejo dan 2 orang dari Yayasan KEHATI.

Melalui FGD ini Konsorsium IIEE berhasil mengumpulkan 31 orang pengelola yang berasal dari 18 PLTMH, atau setidaknya 75% dari seluruh pengelola yang diundang. Tidak disangka-sangka, para pengelola PLTMH ini ternyata tidak pernah saling bertemu sebelumnya. Acara ini pun dimanfaatkan sebagai ajang perkenalan serta silaturahmi para pengelola yang sehari-harinya sama-sama berjuang mempertahankan keberlanjutan PLTMH di daerah masing-masing.

Suasana acara FGD pengelola PLTMH se-Kabupaten Solok Selatan.

Seluruh pengelola PLTMH yang hadir dibagi dalam 5 kelompok yang difasilitasi oleh 5 ko-fasilitator dan 1 fasilitator utama, yaitu Bapak Ambiya Pietoyo. Acara FGD ini dibagi dalam 4 sesi. Sesi pertama bertujuan untuk mengumpulkan data profil seluruh PLTMH.

Berikutnya di sesi kedua, para pengelola PLTMH diminta untuk menceritakan pengalaman, suka duka, serta best practice dalam mengelola PLTMH. Dari sesi ini kami mendapatkan banyak sekali informasi penting tentang pengelolaan PLTMH yang ada di Solok Selatan. Pertama, kami menemukan bahwa nominal iuran listrik warga bervariasi di daerah-daerah se-Solok Selatan. Iuran listrik didominasi pada rentang Rp25.000,00 hingga Rp30.000,00 per bulan untuk setiap rumah. Sedangkan tarif paling tinggi yaitu Rp40.000,00 per bulan per rumah.

Jumlah iuran tersebut rupanya tidak bisa dibayar dengan lancar oleh semua rumah tangga di Solok Selatan. Padahal jumlah tersebut kami nilai masih terlalu kecil untuk dapat menopang sustainability PLTMH. Apalagi secara teknis kami juga menemukan ada beberapa masalah teknis, seperti generator PLTMH yang masih dioperasikan dengan manual, adanya bak penenang yang retak, pipa pesat yang bocor, serta tiang listrik yang masih terbuat dari kayu dan memiliki panjang kabel jaringan yang terbatas. Tentunya suplai dana yang lancar sangat diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah seperti ini. Harapan kami, di masa depan, ada sistem pendanaan yang lebih baik untuk menjamin keberlanjutan PLTMH tanpa mengurangi affordability dan accessibility­-nya bagi masyarakat setempat.

Sesi ketiga bertujuan untuk memulai kerjasama antar pengelola PLTMH yang direncanakan berbentuk paguyuban atau asosiasi. Lembaga ini diharapkan dapat menjadi jembatan untuk menghubungkan para pengelola untuk berkomunikasi satu sama lain serta melakukan kerjasama jika terjadi kesulitan di masing-masing PLTMH. Sesi keempat acara FGD dilakukan pembagian wilayah Solok Selatan ke dalam tiga kelompok wilayah berdasarkan jumlah titik lokasi PLTMH di peta. Dari ketiga wilayah tersebut kemudian dipilih masing-masing satu perwakilan untuk menindaklanjuti terbentuknya paguyuban pengelola PLTMH. Selain itu, sesi terakhir ini juga diisi dengan paparan mengenai CoK (Center of Knowledge) Wonorejo yang dibangun oleh Konsorsium IIEE beserta tujuan dan fungsinya.

Seluruh peserta dan fasilitator FGD pengelola PLTMH se-Kabupaten Solok Selatan.

 

Berlatih Bersama untuk Keberlanjutan PLTMH

Selain FGD, Konsorsium IIEE berhasil menyelenggarakan pelatihan untuk operator PLTMH se-Solok Selatan pada 11 – 12 November 2017. Kegiatan lanjutan dari FGD ini kami laksanakan di bangunan sederhana yang berada di Korong Wonorejo.

Acara ini diikuti dengan antusias oleh 19 peserta, yaitu para pengelola PLTMH se-Solok Selatan. Sebagai narasumber, kami menghadirkan 4 orang ahli PLTMH, yaitu Bapak Nota, Bapak Osman, Bapak Rosman dan Bapak Sentanu.

Para peserta dan narasumber pelatihan operator PLTMH se-Solok Selatan.

Pada pelatihan ini kami ingin para operator semakin memahami hal-hal teknis untuk operasional dan pemeliharaan PLTMH, tidak hanya sekadar teori tapi juga praktik. Oleh karena itu, kami mendatangkan turbin dan perangkatnya dari Kota Padang. Selama dua hari pelatihan, para narasumber bergantian memberikan materi, mulai dari pengelolaan dan pengenalan komponen turbin serta membongkar pasang turbin, kontrol panel, dan generator. Tidak hanya keterampilan teknis, di hari kedua narasumber juga memberikan materi manajemen operasional yang penting untuk diketahui oleh para operator PLTMH.

Praktik bongkar pasang komponen PLTMH.

Di akhir pelatihan, tidak lupa kami memfasilitasi para operator PLTMH untuk melanjutkan diskusi pembentukan paguyuban. Para operator dan narasumber bersepakat untuk membuat grup WhatsApp yang berguna untuk memberi informasi real-time mengenai operasional PLTMH setiap harinya.

Dari Solok Selatan ke Jakarta

Bapak Eliono saat mengikuti pelatihan di Jakarta.

Dengan serangkaian acara FGD dan pelatihan tersebut, kami berharap para pengelola PLTMH semakin sadar dengan peran dan keterampilan mereka bagi sustainability PLTMH di daerah mereka masing-masing. Sebagai keberlanjutan acara tersebut, kami juga berhasil memfasilitasi Bapak Eliono dari Korong Wonorejo untuk mengikuti pelatihan selama kurang lebih dua minggu di Jakarta yang diselenggarakan oleh Kementerian ESDM.

Bapak Eliono, dua dari kanan, saat mengikuti workshop model kelembagaan pengelolaan energi terbarukan.

Bapak Eliono juga berkesempatan mengikuti workshop model kelembagaan pengelolaan energi terbarukan yang diadakan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Workshop yang diselenggarakan pada 22 Februari 2018 tersebut berisi sharing tentang pengelolaan PLTMH berbasis masyarakat. Hasil workshop tersebut akan dijadikan dasar bagi kementerian dalam membuat pola kelembagaan pengelolaan pembangkit skala kecil yang dikelola oleh masyarakat. Peningkatan kapasitas yang diikuti Bapak Eliono ini kami harap dapat bermanfaat tidak hanya bagi PLTMH Wonorejo, tapi juga bagi para operator lain di Solok Selatan melalui paguyuban yang dibentuk.